Kamis, 28 Januari 2021

 

UNSUR-UNSUR PUISI

             Herman J. Waluyo (1987:27-28) menyatakan bahwa puisi dibangun oleh dua unsur pokok yakni struktur batin dan stuktur fisik puisi. Struktur batin puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi. Majas terdiri atas lambang dan kiasan, sedangkan versifikasi terdiri atas: rima, ritma, dan metrum.

            Ahmad Badrun (1989:6) menyatakan bahwa unsur yang selalu ada dan agak menonjol dalam puisi adalah: (1) diksi, (2) imaji, (3) bahasa kiasan, (4) sarana retorika, (5) bunyi, (6) irama, (7) tipografi, (8) tema dan makna.

            I.A. Richard (malalui Tarigan 1984) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari: Hakekat puisi: tema, rasa, nada, amanat atau tujuan; Metode puisi beserta sarana-sarananya: diksi, imaji, kata-kata nyata, majas, ritme dan rima.

            Bertolak dari beberapa pendapat di atas, maka unsur-unsur yang membangun puisi dapatlah kita sederhanakan sebagai berikut:

1)      Struktur batin: tema, rasa, nada dan amanat;

2)      Struktur fisik: diksi, imaji, kata konkret, majas, versivikasi, dan tipografi puisi.

URAIAN

A. Haket Puisi
1. Tema.
Tema puisi adalah hal apa yang diceritakan dalam sebuah puisi. tema adalah dasar ide pokok dilahirkannya sebuah puisi oeleh penciptanya, misalnya kerinduan kampung halaman, kerinduan kepada orang tua, rindu kekasih, cita-cita dan sebegainya. Tema dapat ditemukan melalui judul, namun ada beberapa puisi pada judulnya tidak menggambarkan tema sehingga diperlukan analisis yang mendalam.

2. Rasa
Rasa adalah perasaan penyair terhadap objek atau hal yang ditemakan dalam puisinya. Rasa sangat berhubungan dengan aspek pembacaan puisi oleh penikmatnya. Namun rasa puisi dapat diperoleh lewat pengkajian yang mendalam.
Puisi "Doa" karya Chairil Anwar 
DOA
                                                Tuhanku
                                                Dalam termanggu
                                                Aku masih menyebut namaMu
                                                Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
 
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
 
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
 
Tuhanku
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Puisi tersebut menggambarkan rasa rindu penyair kepada tuhannya sehingga pada saat membacanya pun harus dengan nada syahdu, lambat dan sedih




Tidak ada komentar:

Posting Komentar