BUMI TAMANREA
Jejak mudaku di tanah itu
Asa yang menggantung di pelupuk mata
Menghempas segala sumpek hati remajaku
Bagai nyanyian lepas suka-suka
Resap merona di
sanubari yang nyaris buram
Pada malam-malam sejuk damai kota itu
Kadang hati berbunga mimpi dari cinta para gadis
Yang tersenyum dipucuk-pucuk pepohonan kampus
Hijau muda segar disanubari menggelora
Hari-hari terangkai cerita riang
Tak ada mimpi yang nyaris terkubur
Selamat datang kebahagiaan yang dinanti
Selamat datang kehidupan kampus yang mendewasakan
Rangkaian hari menari selaras tarikan napas semangat
Kadang terantuk pada dinding alam yang suram
Hingga laguku terdengar sumbang penuh luka
Tapi pelangi masih mewarna di kaki langit Tamanrea
Seperti takdir yang tersusun rapi dari Sang pemilik hidup
Aku tak menyerah memandang memujinya
Tamaranrea bumi asaku
Di tanahmu kutemukan cinta yang bermakna dan tak berbatas
Di langitmu kuraih ilham
kasih sayang
Di butiran embunmu kuresapi nyayian alam yang bersahaja
Di pucuk pepohonanmu selalu menyejukkan mata batin
Tapakku di bumimu telah
mendewasakan metamorphosis hidupku
Kagumku masih setia di setiap sinar mentarimu
Bagai alunan senandung nina bobo yang menghantar awal
tidurku
Wawotobi,
14 Januari 2015
JIKA SUATU NANTI
(Buat Anak-anakku)
Nak, jika datang waktu azurku
Kuingin kalian ada di sisiku
Memegang tongkat setiaku
Biar aku dapat melihat tulusmu
Jika nanti tiba lemahku
Kuingin ada yang membacakan kisah juangku
Sewaktu mengasuh dan membesarkanmu
Yang semoga Tuhan selalu mencatatnya di buku berlian
Mungkin ada sepenggal ajaran yang kalian kenang
Buat melanjutkan generasi kita di abad datang
Tingkah budi yang mulia dan sebungkus keberanian
Hidup yang kian kerontang berjiwa kesabaran
Di hati bundamu selalu bertahta doa kasih keselamatan
Di hati bundamu tak rela hidup kesengrasaraan
Di pelukan ayahmu terwaris tetesan ilmu kemudahan
Di jiwa kami tak henti teralir peluh darah kita
terselamatkan
Wawotobi,
1 Muharram 1434 H. 15 Nov. 2012
RINDU BUNDA
Bunda,….
Ku tahu kau datang jenguk kami, semalam…
Karena rindu kita di hati Satu
Kala bunda masih hidup, teringat masih kecilku, masa sekolah
Bunda menuntun dalam ilmu
Di kala malam terdendang musik hati
Yang megharukanku kini
Nyanyian pagi hari penyejuk kolong rumah
Tempat bunda membesarkan kami, mengasuh hingga suksus hari
ini
Terkenang daku dikala kecil, di kala sakit, di kala mengeluh
Bundaku, tempatku berlindung hati nurani dan usap tubuhku
Buda terdera sakit yang sakti, di masa panjang
Kami anak-anaknya teus sekolah meski jauh di negeri seberang
Hanya Semangat hati bunda bertahan menuanti cit harap kami
Hingga bunda skeali semangat menimang kami, kadang sakit
mengeluh
Lagu malam ini mengangat kau Bunda yang telah tiada
Tapi bagai kemarin, engkau masih bersama kami
Kutahu ruhmu datang menjenguk cucumu….
Kutahu kau tak jauh…, bagai kemarin,…engkau menanti kami
Kau tersemnyum
Memeluk istriku, hangat bahagia……
Menggendong anak ku dan tangisnya rindu,
cucumu yang sering kau rindukan
di ranjang tetirah mu kemarin
Cucumu bunda adalah menggantimu di dunia ini
Rinduku padamu….sangat tinggi
Di sorga kita akan bertemu…..
Wawotobi, Juli 2007
PELANGI INDONESIA
Sepasang pengantin baru
bersanding
Biru langit negeriku terias pelangi warna-warni
pelangi yang dinyana anak-anak
selendang bidadari
berdecap memandang
meminang-minang
Masih tersisa sayup nyanyian
pesta di rumah biru
Masih terasa panas kemarau
yang nyaris tebenam
yang tak lega disirami hujan
buatan
yang tak tega dikuburi tanpa
nisan
Berontak berombak-ombak
dan menjadi nyanyian
Aku mendengar makna sumpah
jadi budaya
Dari Indonesia hingga ke
singapura
Sayang tak sewangi sumpah
mahapati Gajah Mada
Dan tak segempita sumpah para
jong Indonesia raya
Pelangi oh pelangi
mungkin bukan buatan Tuhan
Pelangi makin warna-warni
Mungking akan ke lautan
Wawotobi, 10
Nopember 2009
(Lukman Kudus)
DUA SUMPAH
Sumpah Palapa
Sumpah Gajah mada
Sumpah Nusantara
Sumpahmu adalah bayi
Indonesiaraya
Para jong…..para Pemuda
Meng-Indonesia
Dalam Sumpah Pemuda Gajah
Mada
(saya bacakan di depan pentas
teater malam renungan Sumpah Pemuda
Di Auditorium Ahad Sarita
Unilaki, 27 Oktober 2009)
MAKAM LAKIDENDE
Tanah
tempatmu terbujur iniAdalah
taman surga semerbak wangi
Tikar
tempatmu tetirah ini
Adalah
sajadah putih titipan nabi
Di
atas pusara batu yang dingin
Masih
terasa hangat jejak nafasmu di abad lewat
Masih
kudengar aliran darahmu berdesir satria
Dan
singgasana yang dijaga para tamalaki
Tahtamu
yang mulia
Pemimpin
rakyat konawe
Engkaulah
pahlawan sejati
Pemimpin
negeri
pembela
bangsa
penyiar
agama
Meski
namumu tak tercatat dalam lembar sejarah bangsa
Pun
tak tergores pada helai-helai daun lontar sure Lagaligo
Tapi
jiwa dan ragamu terserap dalam akar
sanubari kami
Putra-putrimu
Kini, tahta berganti
Singgasana
berganti
Yang
tampak hanyalah batu nisan tak bertulis
Kebisuan
purba pun seakan hendak bicara
tentang
kebesaran namamu
Mokole
I wuta konawe
Unaaha, November 2004
(Lukman Kudus)
Dibacakan oleh Natlis Lamengge, S. Pd.
pada Peringatan Hari Pahlawan tgl. 10 November 2004 di lokasi makam Lakidende
di Unaaha. Dihadiri oleh Wakil bupati Konawe, Drs. Tony Herbiansah.
PARfUM
WEKOILA
Kau
tujukan rakitmuPada
muara sungai dan tanah rawa ini
Orang-orang memandangmu kagum menyapa
“itulah
raja”
Lalu berpuluh
tamalaki bersenjata Ta’awu
Menjaga
tanpa dendam, tanpa kekerasan
Wekoila
Namamu
Putri
jelita bergaun merah saga
bergelang
petuah sang moyang
datang dari negeri sawerigading
Entah
dengan bahasa apa kau namakan kerajaanmu
tentang
muara sungai ini?
Menata
kambo-negeri dan rakyat tono dadio
menuai
hidup di air Konawe
Wekoila
namamu
Bertombak
batu cadas dari hulu Konawe
parfummu
terbut dari perasan daun-daun lontar
kini jadi
pernik pesta tekonggo I wuta morome
Yang ria
dilantunkan gadis-gadis Tolaki
Kaulah
wanita perkasa di abad lewat
Masih
terasa jejak nafasmu di sungai ini
Mengalir
beriak sejak abad purba
menjaga
cincin tunanganmu dari kekasihmu Weccudai
Menyanyikan
lagu rindu hingga ke daratan cina
Unaaha, April 1995
(Lukman Kudus)
NYAYIAN
GADIS TOLAKI
Lagukan
merdu rindumu Nggaitentang
peluhmu di jauh negeri
biar rajutanku cepat selesai
biar rajutanku cepat selesai
menanti hari dikau kembali
Ndina di
sini berteman sepi
Setiap malam mengigau mimpi
Berpuluh musim abang pergi
Rona hatiku setia menanti
Nyanyikan lagi dukamu nggai
Tentang peluhmu di di tebing curam
agar hatiku turut muram
agar khusyuku setenang diam
Bulan berjanji tiada henti
Musim berganti hati menanti
Kurasa rindu lama berpaut
Hatiku ingin segera berjemput
Kutahu Nggai mencari ilmu menata asa
Agar tak
ternina-bobok rayuan masa
kupahat cintaku
sepanjang masa
Rinduku….kusimpan dalam kerudung doa
Tegarkan
jiwa langgaimu, Nggai
Setegar
batu karang di bumi tolaki
Aku
menanti bersama rajutanku usai
Hingga
matahari tak terbit lagi di kaki langit wawotobi
Wawotobi, Desember 1995
(Lukman Kudus)
LAIKAAHA (Rumah Adat Tolaki)
Berdiri tegar di jantung Unaaha
Menjaga makam Lakidende
Termiang kejayaan di abad lewat
Kerajaan yang dijaga para tamalaki
Laika Ndolaki namanya
Simbol kerajaan Konawe di abad enam belas
Tempat musyarawarah para tetua adat
Menata negeri di kambo-kambo tono dadio
Kami di generasi abad handphon
Menjunjung tapak kejayaaanmu di abad ini
Agar generasi cuci-cicit tahu sejarah Moyangnya
Dan tarian molulo
masih mengalir dalam darah kami.
Wawotobi,
Maret 2009
DOA UNTUKMU NEK
Puluhmu di tengah padang
adalah tetesan sorga yang kukecap kini
buat anak-anakmu dan cucu-cicitmu
Kini peluhmu berganti keluh keriput
terasa hari semakin senja
Kau lantunkan syair Tuhan di pucuk malam
tentang setianya waktu menjagamu,
Mengujimu
Tuhan tahu rindumu pada-Nya
ingin kembali ke taman Sorga
Memetik buah di tepi air mengalir
sebagai balasan bunga dunia
Tak tega kudengar tatih nafasmu
mengigau kasih pada sang Ibu yang jauh
masa kanakmu kadang terming jua
Tapi setiamu tegar menanti waktu
Kuharap Tuhan bijak rindunya
Seperti rindumu pada helai sajadah surga
Amin…
Unaaha,
7 Februari 2005